Selamat Datang Di Blog Sruweng Dan Terimakasih Atas Kunjungannya Semoga Bermanfaat

Minggu, 02 Mei 2010

DESAKU CONDONG CAMPUR


Condongcampur adalah desa di kecamatan Sruweng, Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia. Merupakan desa yang terletak paling utara. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Pengaringan Kecamatan Pejagoan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pandansari Kecamatan Sruweng dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam. Merupakan daerah pegunungan, yang dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua, atau roda empat jenis minibus, hal ini karena masih terbatasnya insfrastruktur jalan yang saat ini masih berupa jalan tanah dan sebagian dikeraskan dengan semen. Penduduknya bermata pencaharian sebagai petani ladang dengan komoditas utama berupa kelapa, mlinjo, pete, jenistri dan singkong karena mayoritas berupa tanah darat. Dalam sejarah desa ini pernah dipimpin oleh Kepala Desa Asmaredja hampir kurang lebih selama 30 tahun, kemudian Nurkolis, kemudian Sikin dan Kepala Desa saat ini adalah Arjo Winoto (Rada). Generasi muda desa ini berurbanisasi ke kota setelah menyelesaikan sekolahnya dan kemudian sebagian dari mereka melanjutkan pendidikannya di kota dan kemudian menetap.
Pada masa Kepala Desa Asmaredja, didesa ini menjadi tempat tunjuan wisata alam berupa gunung, yang disebut Gunung Condong, yang diatas puncaknya terdapat makam yang dikeramatkan yang konon sesuai dengan tulisan pada batu nisan adalah Trunoyo, setiap Idul Fitri dipentaskan beberapa hiburan berupa dangdut kuda lumping.
Desa Condong Campur punya objek wisata yang tiap lebaran masih suka ada yang naik dan berwisata ke puncak pegunungan, yang orang menyebutnya Gunung Condong dan Gunung Pranji. Sampai sekitar tahun 1990an, lebaran menjadi puncak kunjungan wisata domestik ke gunung Condong, desa Condong Campur kecamatan Sruweng. Gunung Condong sebagai obyek wisata diserbu ribuan pengunjung dari berbagai desa, terutama dari kecamatan Karanggayam, Sruweng dan Pejagoan. Dari puncak gunung Condong pengunjung dapat menikmati pemandangan sampai batas cakrawala. Pengunjung juga dapat menelusuri hutan yang masih alami dan jika sedang beruntung dapat melihat kera-kera liar. Di samping itu, ada panggung hiburan yang biasanya menampilkan live musik dangdut. Di puncak Condong juga ada sebuah makam yang sangat dikeramatkan, tetapi saya tak tahu siapa tokoh yang dimakamkan di situ.
Selepas obyek gunung Condong meredup karena pohon-pohon pinus ditebang oleh Perhutani pada sekitar tahun 1997an, wisata gunung beralih ke gunung Pranji yang ada di desa Pengaringan, kec. Pejagoan. Sama seperti gunung Condong, puncak Pranji menyajikan pemandangan eksotik dari puncaknya. Bahkan disamping hari lebaran, pada setiap malam minggu dan hari minggu puncak Pranji banyak dikunjungi wisatawan, terutama dari Kebumen termasuk anak-anak muda pecinta alam amatiran. Pada tanggal 17 Agustus 2008 kemarin, pecinta alam SMA 1 Kebumen (GASPALA) bahkan membentangkan bendera didinding tebing dengan pemanjatan yang sangat beresiko tinggi.
Secara perlahan sejak 3 tahunan terakhir, plesiran ke gunung mulai kurang di minati. Puncak Pranji tak lagi ramai pengunjung. Tradisi plesiran lebaran tidak ada lagi. Padahal mereka tidak mengalihkan tradisi lebaran ke obyek wisata lain,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar