Selamat Datang Di Blog Sruweng Dan Terimakasih Atas Kunjungannya Semoga Bermanfaat

Sabtu, 22 Mei 2010

Investasi Jenitri Berbuah Pundi

Sekarang penulis mencoba untuk menulis hasil pertanian asli kecamatan Sruweng Kabupaten, Kebumen disamping bertani masyarakat di sruweng juga membudidayakan buah jenitiri. Sungguh Menggiurkan, satu butir jenitri jenis bodong bisa dihargai jutaan rupiah. Siapa pun jelas akan tertarik untuk membudidayakan tanaman tersebut. Seperti warga di Desa Penusupan, Kecamatan Sruweng, Kebumen, beramai-ramai menanam jenitri. Wartawan Suara Merdeka Arif Widodo mencoba menelusuri daerah itu, yang kini menjadi seperti hutan jenitri. Berikut hasil laporannya yang disunting oleh Tavifrudi dalam dua tulisan .
Menyuri Desa Penusupan, Kecamatan Sruweng, Kebumen, seperti di hutan belantara. Pepohonan tumbuh di mana-mana. Rimbun dan membawa kesejukan pada siang hari, meski saat terik matahari. Suasananya benar-benar asri. Apalagi pohon yang tumbuh itu seragam, pohon jenitri. Ya, setiap kepala keluarga (KK) di desa tersebut menanam pohon jenitri.
Menginjakkan kaki ke desa lain di Kecamatan Sruweng tak ada bedanya. Seperti di Desa Tanggeran, Desa Donosari, dan Desa Condongcampur. 
Rimbunan pohon jenitri tumbuh subur di sana-sini. Pekarangan, halaman rumah, dan kebun ditanami pohon jenitri. Bahkan, sawah-sawah juga disulap menjadi ladang jenitri. Merambah lagi ke Kecamatan lainnya yakni Kecamatan Pejagoan juga disuguhi pemandangan yang sama. Tengok saja di Desa Peniron dan Watulawang yang saat ini masyarakatnya gemar membudidayakan pohon jenitri.
Setelah menelusuri hutan jenitri di sejumlah desa tersebut muncul anggapan dari wartawan Suara Merdeka yang menulis laporan ini tentang program penghijauan dan penanaman seribu pohon dari pemerintah.
Namun anggapan yang belum sempat terucap itu sudah ditanggapi sejumlah warga yang membudidayakan pohon berbuah kasar tersebut. Mereka mengatakan, investasi untuk menanam pohon jenitri dilakukan sendiri. “Investasi kami itu tanpa campur tangan  pemerintah,” kata sejumlah warga.
Mereka yang menanam dan merawat pohon jenitri hingga berbuah itu mengaku dari gethok tular (informasi dari orang ke orang). Tanpa dikomando dan tanpa didahului dengan program, mereka pun bisa jalan sendiri. Hingga kemudian diperoleh informasi yang menyebutkan pohon jenitri itu dari India. Ada orang India yang merantau di Kebumen dan membawa pohon jenitri yang kemudian ditanam di Desa Penusupan.
Sekitar 150 tahun lalu orang India itu tinggal di Kauman, Kebumen. Dia menitipkan pohon jenitri kepada seseorang santri yang mengaji di masjid daerah Kauman tersebut. Orang India itu lalu memberikan bimbingan dari mulai menanam pohonnya hingga panen buah jenitri.
Orang India yang namanya diganti Mukti itu juga menampung buah jenitri untuk dibawa ke negaranya. Dia menghargai satu butir jenitri begitu tinggi. Hingga kemudian yang menanam pohon jenitri itu bertambah banyak dan lahannya makin luas. Masyarakat Desa Penusupan pun kemudian beramai-ramai menanam pohon jenitri. Jadi, sekarang kondisinya sudah seperti hutan.
Saat ditelusuri lagi, santri itu ternyata merupakan mbah buyut seorang pengepul jenitri asal Desa Penusupan yang bernama Hariyadi. Dia yang mempersunting Tri Endarwati, seorang guru SD itu, sekarang tinggal di Desa Tanggeran, yang masih masuk Kecamatan Sruweng.
Hariyadi membudidayakan jenitri di berbagai tempat. Seperti Desa Penusupan, Desa Tanggeran, dan Desa Karangsari (Kecamatan Sruweng), serta di Kecamatan Buayan dan Gombong. Lahannya mencapai 1 hektare, dengan jumlah tanaman 250 pohon. Mantan sopir angkot itu merupakan pengepul resmi yang mendapatkan rekomendasi dari India. Dia memiliki stelan ayakan jenitri asli dari negara tersebut.
Jenitri Hibrid
Menurut cerita ayahnya, alm H Durrohman, konon pada awalnya orang India yang menyuruh mbah buyut Hariyadi itu meminta pohon jenitri ditanam di Desa Krakal, Kecamatan Alian. Namun di daerah tersebut tidak terawat sehingga hasilnya kurang maksimal. Hingga sekarang di daerah Krakal pohon jenitri sulit berkembang.
Agar tanaman jenitri bisa berkembang dan menghasilkan buah yang bagus, kata Hariayadi, harus dirawat dari mulai penanaman hingga panen. Dalam memilih bibitnya pun harus yang berkualitas, jangan asal-asalan. Karena bibit itu akan berpengaruh terhadap buah yang dihasilkan.
“Untuk menghasilkan buah jenitri yang berkualitas harus mengambil bibit yang berkualitas pula. Bibit berkualitas itu berasal dari induk yang bagus. Buah jenitri yang bagus berukuran kecil,” jelas Hariyadi, sembari menambahkan bibit yang berkualitas itu dipengaruhi faktor genetik dari induknya.
Hariyadi rupanya menuruni mbah buyutnya. Dia menambahkan, perawatan tanaman dari mulai pemberian pupuk, pemberian perangsang bunga juga memengaruhi kualitas dan kuantitas buah jenitri yang dihasilkan.
Cara menanam juga perlu diperhatikan. Terlebih dahulu membuat lubang selebar 30 cm, dengan kedalaman sekitar 30 cm. Lubang tersebut diberi pupuk kandang dan dibiarkan terlebih dahulu selama kurang lebih 10 hari. Selanjutnya ditanam dan diberi pupuk untuk kali pertama. Pohon jenitri juga bisa ditanam di pot.
Itulah posting hari ini tgl 23 Mei 2010 informasi ini saya publikasikan dari berbagai sumber dan dari pengalaman saya waktu saya masih di desa Condong Campur apa bila ada ada koreksi dan ide kami akan berterimakasih..kami tunggu saran dari temen-temen.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar